Ciputat – Dalam rangka melaksanakan Program Prioritas Menteri Agama Republik Indonesia, Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menggelar Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan. Pelatihan ini bertujuan untuk membentuk tenaga yang mampu melakukan deteksi dan prevensi konflik keagamaan. Pelatihan ini berlangsung selama Enam hari dimulai dari tanggal 6 s.d 11 Maret 2023 di Kampus Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Jl. Ir. H. Juanda No. 37 Ciputat, Tangerang Selatan.

Adapun peserta dari kegiatan ini ialah perwakilan dari Pembimas Kristen, Pembimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi seluruh Indonesia, Ketua/Pengurus Rumah Moderasi Beragama Perguruan Tinggi Islam, Wakil Rektor/Wakil Ketua PTK non Islam Bidang kemahasiswaan, perwakilan eselon II Pusat, FKUB dari Provinsi  DKI Jakarta dan kota/kab di Jakarta, Jabodetabek, dan Pokjaluh semua agama di kab/kota di DKI Jakarta termasuk perwakilan dari Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja yang berdasarkan undangan dari Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, peserta dari IAKN Toraja adalah Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama dalam hal ini Bapak Dr. Setrianto Tarrapa, M.Pd.K. Peserta pada kegiatan ini berjumlah 224 peserta. 

Dalam laporannya, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Bapak, Dr. H. Mastuki, M.Ag. menyampaikan bahwa “Pelatihan yang dilaksanakan ini ialah pelatihan yang sudah ketiga kalinya. Pelatihan yang pertama dilaksanakan pada akhir Tahun 2022, kemudian pelatihan kedua dilaksanakan minggu lalu dengan Enam Angkatan (I-VI), dan hari ini untuk Angkatan VII s.d XII. Pelatihan ini dilaksanakan dengan maksud untuk memberikan wawasan dan keterampilan serta kesiapan kepada para peserta untuk melakukan deteksi dini konflik sosial yang berdimensi keagamaan dan kebangsaan. Ini diambil karena tugas dan fungsi Kementerian Agama dalam ranah keagamaan yang banyak bersentuhan dengan persoalan-persoalan sosial yang berdampak dengan kehidupan keagamaan maupun dalam kehidupan berbangsa,”tutur Bapak Mastuki.

“Leboh-lebih saat ini menjelang tahun politik, dimana potensi konflik bernuansa agama dipastikan akan mengalami eskalasi yang membesar, karena itu materi-materi pelatihan yang akan disampaikan kali ini diorientasikan untuk mengenali potensi konflik sekaligus melakukan analisis terhadap dampak potensi konflik sosial,” katanya.

“Pada era Gus Menteri, deteksi dini konflik sosial keagamaan menjadi sangat penting karena merupakan gerbang masuk dari program prioritas Kemenag Religiosity Index. Ini menjadi perhatian yang serius dari pemerintah agar penanganan konflik dapat terukur,” kata Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Bapak Prof. Dr. Suyitno, M.Ag. dalam arahannya pada pembukaan Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan.

Pada kesempatan itu, Kepala Badan Litbang dan Diklat mengimbau agar peserta menanggalkan segala idiomatik apapun. “Tadi disebutkan bahwa peserta berasal dari berbagai macam background, maka mulai hari ini semua adalah seorang pembelajar,” tuturnya.

 “Pelatihan ini bukan yang tentang datang atau hadir, tetapi sudah melakukan reformai. Pertama, komitmen awal atau kontrak belajar yang harus dipatuhi, kemudian yang kedua yakni ada evaluasi akhir yang wajib diisi,” pungkasnya.